Kubu Raya (Rabu, 24/07/2024)— Aula Kantor Bupati Kubu Raya menjadi saksi pelaksanaan Haflatul Wada' pertama Balai Tahfizh Al-Qur'an (BTQ) Indonesia (Selasa, 2/7/2024) Tahun Ajaran 2023/2024. Agenda ini dihadiri oleh Wakil Pengasuh, Musyrif, dan Musyrifah Amal Pendidikan; Dewan Penasihat BTQ; Para Pengajar BTQ Kampus 1, Kampus 2, dan Kampus 3; seluruh santri dan wali santri; serta para tamu undangan.
Haflatul Wada’ tidak dimaknai sebagai akhir perjalanan dan pelepasan para santri menuju jenjang pembelajaran berikutnya, namun sebagai gerbang awal menuju pembelajaran Al-Qur’an dengan lingkup yang lebih luas. Agenda Haflatul Wada' terdiri dari tiga rangkaian acara khusus, yaitu karantina santri, tasmi’ 30 juz, dan ujian hafalan santri. Rangkaian acara dirancang sebagai bentuk syukur dan mengapresiasi seluruh santri BTQ Indonesia yang telah menyelesaikan pembelajarannya, baik di kelas tajwid, kelas tahfidz (sesuai jumlah hafalan yang dicapai), maupun santri yang telah menyelesaikan hafalan 30 Juz.
Wakil Pengasuh Amal Pendidikan — Al ustadz Andika Putra Rianda — dalam pesannya menyampaikan bahwa Haflatul Wada’ bukanlah akhir bagi para santri dan wali santri dalam menekuni ayat-ayat Al-Qur’an, tapi merupakan gerbang awal menuju kedekatan personal dan pemahaman mengenai Al-Quran secara lebih mendalam. Para santri dan wali santri juga diingatkan untuk senantiasa berupaya menjaga hafalan yang telah didapatkan. Beberapa santri dan wali santri diminta membacakan ayat beserta artinya, yaitu QS. Al-Baqarah (2:121), QS. Al-Hijr (15:9), QS. An-Naml (27:6).
QS. Al-Baqarah (2:121)
“Orang-orang yang telah kami beri kitab suci, mereka membacanya sebagaimana mestinya. Itulah orang-orang yang beriman padanya. Siapa yang ingkar padanya, merekalah orang-orang yang rugi.”
Ayat ini menjadi pengingat bahwa keimanan manusia kepada Allah beriringan dengan meyakini seluruh ketetapannya dan tidak mengingkari tiap firman-Nya, apalagi hingga meniadakan ayat-ayat yang jelas adanya.
QS. Al-Hijr (15:9)
“Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan pasti kami (pula) yang memeliharanya.”
Ayat ini menjadi pengingat bahwa janji Allah pasti nyata dan telah terbukti melalui Ananda Muffid Yaafi’ Ammar — yang atas izin Allah mampu menyelesaikan hafalan 30 juz dengan mutqin dan berhasil mentasmi’kan 30 juz hafalannya (predikat Mumtaz) sebelum Haflatul Wada’ — meski Ananda Muffid Allah istimewakan dengan keterbatasan dalam merespon dan keterbatasan berkomunikasi secara verbal dalam kesehariannya.
QS. An-Naml (27:6)
“Sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad) benar-benar telah diberi Al-Qur’an dari sisi (Allah) Yang Maha bijaksana lagi Maha Mengetahui.”
Ayat ini menjadi pengingat bahwa kita adalah salah satu hamba Allah yang beruntung karena berkesempatan mempelajari Kalamullah (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada manusia paling mulia sepanjang zaman.
Tidak hanya itu, terdapat pula sesi pengujian hafalan secara terbuka yang disaksikan oleh seluruh hadirin dan melibatkan tamu undangan, seperti Al Ustadz Sudar Azzain (selaku Dewan Penasihat BTQ Indonesia); Al Ustadz Abu Hasan (selaku Deputi Badan Pengelola Kemakmuran Masjid); dan Al Ustadz Hanafi (selaku Musyrif Amal Pendidikan). Sesi sambung ayat ini menjadi momen mendebarkan, tidak hanya bagi ketiga santri yang mendapatkan pertanyaan, tetapi juga para guru, wali santri, dan seluruh hadirin yang menyaksikan. Namun demikian, Alhamdulillah atas izin Allah, para santri berhasil melanjutkan ayat-ayat yang dibacakan. Acara berlangsung dengan penuh khidmat hingga sesi seremonial santri kelas tajwid dan seremonial santri tahfidz (berdasarkan jumlah hafalan) selesai dilaksanakan. Prosesi seremonial ditutup dengan sesi sungkeman oleh tiga santri yang telah menyelesaikan hafalan 30 juz kepada para orang tua masing-masing.
Agenda Haflatul Wada’ diakhiri dengan penampilan kolaborasi dari santri dewasa akhwat BTQ dengan pengajar BTQ Indonesia. Penampilan tersebut mempersembahkan sebuah lagu dan puisi bertemakan orang tua. Di akhir lagu, para santri menyerahkan setangkai bunga kepada orang tua sebagai simbol penghormatan, rasa terima kasih, dan penghargaan atas dukungan serta pengorbanan yang telah diberikan.
Jalinan emosional yang terbentuk dari perjuangan para santri dalam menyelesaikan hafalan dan pembelajaran di kelas tajwid diharapkan dapat membentuk kobaran semangat perjuangan baru bagi para orang tua dan pengajar. Semangat tersebut akan menjadi dorongan untuk senantiasa berkolaborasi memberikan pendampingan terbaik kepada anak-anak dalam mempelajari dan mendalami ayat-ayat Al-Qur’an.
Masya Allah tabarakallah... Berkah selaluuu🤎
🔥🔥🔥
MasyaAllah tabarakallah