Kubu Raya (Jum’at, 18/10/2024) — Pada Kemasjidan yang dilaksanakan pada Kamis (17/10), Ayah Man kembali mengingatkan kepada seluruh santri bahwa kita perlu betul-betul sadar jika tujuan hidup di dunia adalah kehidupan setelahnya berakhir dengan baik dan bahagia. Seperti apa akhir yang baik dan bahagia itu?
Ayah Man merumuskannya menjadi doa bersama dengan empat hal yang saling berkaitan:
Semoga kita selalu hidup istiqomah
Wafat husnul khotimah
Alam barzahnya indah
Satu Surga dengan Rasulullah
Ketika seseorang telah berpegang teguh untuk mewujudkan empat doa tersebut, maka ia akan selalu memiliki spirit dalam berbuat kebaikan. Ayah Man memberikan analogi seseorang yang kebelet untuk buang hajat. Kalaulah seseorang dalam kondisi kebelet dan harus menempuh perjalanan untuk sampai ke kamar mandi, ia tahu betul bahwa tujuan yang harus dicapai adalah menyelesaikan kebutuhan buang hajatnya. Meski di perjalanan ia dipertemukan dengan berbagai penawaran yang menguntungkan, tentu ia akan tetap terus melanjutkan perjalanan terlebih dahulu untuk membuang hajat. Ia tidak akan terdistraksi dengan keuntungan-keuntungan lainnya selama hajat utama belum terselesaikan. Begitu pula kehidupan di dunia.
Sering kali diulang oleh Ayah Man sebagai nasihat, bahwa berbuat kebaikan/beramal sholeh ini tidak lama, hanya sampai mati, sampai Allah cukupkan waktu seorang hamba di dunia dan kembali pada-Nya. Pada waktu yang singkat itu, Allah swt. dengan segala kebaikanNya memberi kesempatan bagi manusia untuk menjalankan multi-peranan: manusia sebagai individu (person) dan manusia sebagai bagian dari relasi sosial (hubungan keluarga, rekan kerja, dsb). Secara khusus, Ayah Man juga mengingatkan agar peranan yang telah Allah amanahkan dalam kehidupan kita dilaksakan sebaik-baiknya (all out: full time, full heart), adapun dalam konteks ini yang dimaksudkan adalah para santri yang berkhidmat dan mengabdikan diri. Mengacu pada QS.
At-Taubah (9):18, Allah berfirman bahwa:
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَٰجِدَ ٱللَّهِ مَنْ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا ٱللَّهَ ۖ فَعَسَىٰٓ أُو۟لَٰٓئِكَ أَن يَكُونُوا۟ مِنَ ٱلْمُهْتَدِينَ
Sesungguhnya yang (pantas) memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapapun) selain Allah, maka mereka itulah yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (Qs. 9: 18).
Pengurus masjid dan pergerakan dakwah yang berada di bawah naungan masjid haruslah seorang santri. Santri merupakan para hamba Allah yang terdidik dan terpimpin dengan azzam: siap terus belajar (meruntuhkan ego), siap terus berkhidmat, siap terus bertaubat, dan siap untuk senantiasa memperbaiki diri. Para santri Munzalan saat ini bergerak dalam empat jalur perpanjangan kebaikan dengan satu tujuan, yaitu menjadi wasilah untuk mengajak sebanyak-banyaknya mu’min agar kembali ke Allah, kembali ke masjid. Ayah Man juga kembali mengingatkan dan menjelaskan keterkaitan anatara Munzalan, pergerkan, dan masajidallah (baitullah). Istilah baitullah bukan hanya tanah suci Makkah, namun seluruh tempat yang menjadi naungan bagi hamba Allah yang bersujud menyembah dan meningat Allah (setiap masjid adalah baitullah). Istilah masajidallah merupakan bentuk plural dari masjidullah/baitullah. Adapun secara bahasa, istilah masjid adalah bentuk ism makan (menunjukkan tempat) yang terkoneksi dengan kata sujud, sehingga masjid adalah tempat bersujud, sedangkan baitun (rumah), Baitullah (rumah Allah), namun secara lebih kompleks, istilah Baitullah mengarah pada makanun lil ruju’ (tempat kembali). Kembali dari apa? Kembali setelah menghadapi kekalutan dunia.
Munzalan ingin menjadi wasilah orang-orang untuk mengingat bahwa masjid selalu terbuka sebagai tempat kembali, hingga di kemudian hari, orang tidak lagi kebingungan mencari tempat pelarian. Allah Swt. sudah menysriatkan bahwa seluruh kalut dapat diredam dengan sujud, sehingga diturunkanNya syariat Sholat. Namun kini, umat dan syariat seolah berjarak, syariat seolah baru dikenal setelah menjadi judul film, bait dalam lagu, materi stand-up comedy, atau sejenisnya. Jarak tersebut yang berusaha dipersempit sebisa mungkin oleh empat jalur pergerakan di Munzalan, yaitu
Melalui Baitud da’wah: mensyi’arkan kebaikan melalui berbagai program bagi seluruh kelompok masyarakat (kajian rutin Deep Talk (POV), berbagai series di Ruang Kehidupan, masjid makan-makan/PRAZA, tetangga bahagia, dsb)
Melalui Baitul Qur’an: mensyi’arkan kebaikan melalui jalur pendidikan dan pengajaran formal/nonformal (KB/TK PASAY, KB/TK MAY School, SD MAY School, BTQ/Balai Tahfidzul Qur’an)
Melalui Baitul maal: mensyi’arkan kebaikan dengan memfasilitasi ummat mu’min untuk ber-ziswaf (zakat, infaq, sedeakah, wakaf) dengan penyaluran sesuai syari’at/jalur harta (GIB, Wakaf Anak sholeh, pembinaan Mustahik Produktif, dll)
Melalui Baitul muamalah: mensyiarkan kebaikan melalui peniagaan tanpa riba dan akad bathil, memastikan barang yang dijual-belikan halal secara sifat dan dzat, mengenalkan ummat pada aturan hubungan sesame manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup sesuai syari’at (Roti Bahagia, Munzalan store, Ruang Bahagia, dsb)
Meski berada dalam jalur amanah yang berbeda-beda, seluruh santri adalah bagian dari Pasukan Amal Soleh (PASKAS). Pasukan tidak boleh berjalan sendirian (berjama’ah); pasukan memerlukan komando dan komandan (pemimpin/pengasuh); pasukan harus beriringan, selaras, satu niat dan tujuan. Ciri dari PASKAS adalah kesadaran berlapis bahwa pernah salah, tapi pengen sholeh. Bagaimana caranya?
TIAS (taubat, iman, amal soleh), merujuk pada Qs. Furqon (25): 70.
· إِلَّا مَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَٰلِحًا فَأُو۟لَٰٓئِكَ يُبَدِّلُ ٱللَّهُ سَيِّـَٔاتِهِمْ حَسَنَٰتٍ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا
Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Qs. 25:70).
Tias adalah upaya agar setiap mu’min terbebas dari pola masalah seluruh manusia di dunia, yaitu PHK (Penyakit, utang, keluarga). Allah Swt. mengajarkan kita dengan para ujian para nabi untuk diambil hikmahnya, disampaikan secara berurutan dalam Surah Al-Anbiya (Qs. 21: 83,87,89).
Doa Nabi Ayub (Penyakit)
· وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُۥٓ أَنِّى مَسَّنِىَ ٱلضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ
Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang (Qs. 21:83).
Doa Nabi Yunus (Utang)
وَذَا ٱلنُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَٰضِبًا فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِى ٱلظُّلُمَٰتِ أَن لَّآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبْحَٰنَكَ إِنِّى كُنتُ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ
Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim (Qs. 21:87).
Doa Nabi Zakaria (Keluarga)
وَزَكَرِيَّآ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُۥ رَبِّ لَا تَذَرْنِى فَرْدًا وَأَنتَ خَيْرُ ٱلْوَٰرِثِينَ
Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya: "Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik” (Qs. 21:89).
Makna lain dari Simbol doa “Sampai Jumpa di Baitullah”
Banyak makna dan filosofi yang Ayah Man ajarkan mengenai simbol sampai jumpa di Baitullah. Kali ini, beliau kembali mengingatkan bahwa pergerakan di munzalan adalah sebuah kesatuan, ibarat telapak tangan dengan lima jari, semua posisi memiliki peran tersendiri dan harus saling melengkapi. Jempol tidak bisa menggantikan peranan telunjuk, kelingking tidak bisa menggantikan jempol atau jari tengah, begitu pula dengan telunjuk yang tidak bisa menggantikan peranan kelingking, dsb. Tidak semua jari harus jadi “jempol”, karena setiap jari memiliki peranan tersendiri. Tidak ada yang menempati posisi lebih baik antara salah satu dan lainnya. Semua jari diperlukan untuk saling mendukung telapak tangan agar dapat melakukan pergerakan dengan doa yang sebaik-baiknya.
Semoga seluruh santri senantiasa Allah jaga dalam ketaatan dan keistiqomahan; dibukakan pintu-pintu rezeki yang baru, yang halal, yang berkah, tanpa bermaksiat kepada Allah; wafat husnul khotimah; alam barzakhnya indah; berakhir satu surga dengan baginda Rasulullah. Semoga seluruh Keluarga besar Munzalan selalu Allah berikan keistiqomahan, lapang hati untuk menjalankan amanah dan menjadi wasilah berbagai kebaikan, bersatu dalam naungan ridho Allah, mewujudkan persatuan ummat dan peradaban yang dimulai dari sebai-baiknya tempat kembali di muka bumi: baitullah/masajidallah.
Comments