“Jangan sampai kita kekeringan di tempat yang basah. Sabar sebentar untuk mendapatkan hasil yang lebih besar”
Kalimat tersebut merupakan nasihat yang disampaikan Ayah Man pada kegiatan Kemasjidan Pondok Masjid Munzalan Ashabul Yamin (10/10). Sebuah pengingat bagi seluruh santri, bahwa sesuatu yang sudah terbiasa “ada” sering kali luput untuk dirawat sebaik-baiknya. Ada yang kerap hilang dalam kebaikan yang berulang, yaitu rasa, makna, dan kemampuan (kesadaran) membaca pola. Kita kadang tidak mampu menahan diri dan bersabar dalam proses yang dijalani, lalu menjadi sekadarnya dalam proses yang Allah atur untuk dilalui.
Raganya dekat dengan masjid, menjadi bagian dari pergerakan, namun hatinya ‘jauh’, mencari-cari ketenangan. Merugi adalah bermaksiat di tempat yang seharusnya bisa menjadi wasilah semakin taat, merasa kurang dan kekeringan di tempat yang Allah banjiri dengan rahmat. Sibuk mikirkan yang belum dimiliki, sampai luput untuk mensyukuri, telah banyak dari nikmatNya yang diterima dalam kehidupan ini. Pola adalah siklus berulang yang telah Allah swt. berikan sebagai petunjuk dan peringatan: Jika kita menolong Agama Allah, Allah akan memberikan pertolongannya bagi kita.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ ٧
Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (Qs. Muhammad (47): 7)
Kesadaran dan kemampuan membaca pola akan melahirkan rasa. Rasa akan menjadi spirit personal dalam menjalankan amanah yang ada. Merasa Allah selalu megawasi, merasa Allah yang mengamanahi, merasa bahwa semua ini adalah titipan yang datang atas kehendak Allah semata. Rasa akan menjadi cikal bakal dari makna, kebermanfaatan yang dapat dirasakan oleh hamba Allah yang berada di sekitaran kita. Seluruhnya (kemampuan merawat rasa, makna, dan membaca pola) menjadi wasilah Allah swt. mengaturkan keadaan sebaik-baiknya: hubungan baik antara rekan kerja, hubungan baik suami-istri, hubungan baik dengan keluarga, bahkan keadaan terbaik dalam segala situasi di kehidupan kita. Perlu menjadi pengingat dan refleksi bersama,
Kita yang tidak mau membaca Al-Qur’an, atau Al-Qur’an yang tidak mau dibaca oleh kita?
Kita yang tidak mau sholat berjama’ah di masjid, atau Allah yang tidak mengizinkan kita untuk datang ke rumahNya?
Kita yang tidak mau berinfaq, atau Allah yang tidak mau menerima infaq dari kita?
Semoga Allah mengizinkan kita untuk mengerti pola, sehingga seluruh perbuatan yang kita lakukan menjadi kebaikan yang punya rasa dan punya makna. Semoga Allah memperkenankan kita menjadi hambaNya yang senantiasa mampu membaca pola, menjaga keberadaan rasa dan makna di dalam diri kita. Ayah Man mengijazahkan tiga doa agar kita semua tidak kekeringan di tempat yang basah.
(Mereka berdoa), "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi." (Qs. Ali Imran (3):8).
Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu dan ketaatan kepada-Mu.
Wahai yang mengubah keadaan-keadaan, ubahlah keadaanku kepada keadaan yang paling baik.
Semoga kita semua menjadi bagian dari hamba Allah yang selalu terjaga dalam bimbingan dan petunjukNya, dijauhkan dari kesesatan, diteguhkan hatinya di atas agama Allah, serta ditempatkan pada sebaik-baiknya keadaan yang Allah tetapkan.
Jalani proses dunia sebaik-baiknya. Sabar sebentar untuk mendapatkan hasil yang lebih besar.
Comentários