1. Birrul Walidain (Qs. Al- Isra (17):23—24)
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil." (Qs. 17:23—24)
Doa Ibu dan pengorbanan Ayah adalah dua hal yang tidak memiliki pengganti, tidak terbalaskan, dan menjadi jembatan seseorang dengan keridhoan Allah ta’ala. Menjadi orang tua adalah amanah istimewa yang Allah berikan kepada hamba-hamba pilihan, sedangkan menjadi anak yang berbakti adalah kewajiban yang harus senantiasa diupayakan. Sebagaimana Allah menyeru untuk berbakti kepada kedua orang tua, setelah Allah menyuruh untuk meneggakkan tauhid dan keimanan, menjadi bukti betapa pentingnya bakti kepada orang tua. Berbakti adalah perintah penting, maka menyakiti orang tua adalah cara mudah untuk mendapatkan hidup penuh susah-payah. Menjaga adab dan berbuat baik kepada kedua orang tua adalah perintah Allah kepada seluruh manusia, tanpa terkecuali. Bahkan meski berbeda Aqidah, seorang anak tetap harus menjada adab dan akhlaknya kepada kedua orang tua. Dalam sholat dan munajat keduanya, dilayangkannya doa keselamatan di dunia dan hidup yang bahagia bagi anak-anaknya. Dari suara yang sayup-sayup, dilangitkannya doa paling tulus yang tidak mengenal pupus. Dengan kata lain, inilah pilar penopang pergerakan dakwah yang utama, sebelum pilar lainnya diupayakan dan ditegakkan dengan penuh kesungguhan.
2. One Day One Page (Qs. Al- Baqarah (2):121)
“Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi”. (Qs. 2:121).
Perbaiki bacaan Qur’anmu, maka Allah akan perbaiki seluruh kehidupanmu. Al-Qur’an adalah petunjuk dan bimbingan yang Allah siapkan untuk umat Nabi Muhammad saw. di akhir zaman. Kekacauan hidup manusia disebabkan kesalahannya, yaitu meninggalkan pedoman kehidupan yang telah Allah siapkan. Membiasakan diri untuk membaca Al-Qur’an dan artinya sehalaman perhari adalah upaya minimal agar terbiasa berjalan sesuai tuntunan. Mendekatlah kepada Al-Qur'an, maka Allah akan datangkan banyak kebaikan, dibuat-Nya jalanmu lapang, atau hatimu senantiasa tenang, sebab dalam tiap ayat-NYa adalah petujuk bagi manusia agar dapat menyelesaikan kehidupan dengan sebaik-baiknya.
3. Shalat Tepat Waktu/STW (Qs. An-Nisa (4):103 & Qs. Hud (11):114)
“Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan salat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, pada waktu duduk dan ketika berbaring. Kemudian, apabila kamu telah merasa aman, maka laksanakanlah salat itu (sebagaimana biasa). Sungguh, salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (Qs. 4:103)
“Dirikanlah salat pada kedua ujung hari (pagi dan petang) dan pada bagian-bagian malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik menghapus kesalahan-kesalahan. Itu adalah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah). (Qs. 11:114)
Perbaiki shalatmu, maka Allah akan memperbaiki kehidupanmu. Shalat adalah kebutuhan orang beriman, shalat itu penting bukan yang penting shalat. Sebagai satu-satunya perintah yang langsung diterima oleh Rasulullah melalui perjalanan Isra’ Mi’raj, sholat adalah ibadah istimewa. Perintah sholat diterima Rasulullah ketika ia berada dalam masa-masa kesedihan (amul huznni). Pada masa itu, Rasulullah ditinggal wafat oleh dua orang terdekat yang membersamai dakwahnya dalam waktu berdekatan, yaitu sang istri Ibunda Khadijah RA. dan pamannya (Abu Thalib). Pada masa sedih dan berkabungnya, Allah memperjalankan Rasulullah untuk menjemput perintah Sholat. Perintah sholat adalah ‘hiburan’ yang Allah berikan kepada Rasulullah dan umatnya. Setiap seruan kalimat 'hayya ‘alassholah, hayya ‘alalfalah' (mari mendirikan shalat, mari menuju kemenangan) merupakan pengingat bahwa seluruh sedih dan kalut dari dunia yang semrawut dapat diredam dengan sujud. Mengabaikan panggilan sholat sama dengan menunda datangnya kemenangan dalam kehidupan.
4. INSPIRING (Infaq setiap hari, kalau bisa sering-sering)
(Qs. Al- Munafiqun (63):10; Qs. At-Talaq (65): 7); dan Qs. At-Taubah (9):99)
“Infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami anugerahkan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antaramu. Dia lalu berkata (sambil menyesal), “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)-ku sedikit waktu lagi, aku akan dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang saleh.” (Qs. 63:10)
“Hendaklah orang yang lapang (rezekinya) memberi nafkah menurut kemampuannya, dan orang yang disempitkan rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari apa (harta) yang dianugerahkan Allah kepadanya. Allah tidak membebani kepada seseorang melainkan (sesuai) dengan apa yang dianugerahkan Allah kepadanya. Allah kelak akan menganugerahkan kelapangan setelah kesempitan.” (Qs. 65:7)
“Di antara orang-orang Arab Badwi itu ada orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah) itu, sebagai jalan untuk mendekatkannya kepada Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh doa Rasul. Ketahuilah, sesungguhnya nafkah itu adalah suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri (kepada Allah). Kelak Allah akan memasukan mereka kedalam rahmat (surga)Nya; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. 9:99)
Seluruh anugerah dan titipan harta yang Allah berikan kepada manusia adalah ujian. Adapun semua yang dipakai akan lapuk, sedangkan yang dimakan akan busuk, tapi yang diinfaqkan di jalan Allah akan menjadi amal baik, mengalir pahalanya bahkan sampai kita tiada. Infaq adalah salah satu cara kita mensyukuri nikmat Allah dan salah satu wasilah yang diajarkan untuk menjemput banyak dari karuniaNya. Berinfaq bukan hanya seputar harta, namun nikmat ibadah jiwa. Orang yang diperkenankan Allah berinfaq adalah manusia pilihan, sebab sebagian lain dititipkan kecukupan tapi tidak diperkenankan menginfaqan sebagian dari titipanNya kepada sesama.
5. Rezeki halal secara sifat dan dzat
“Makanlah sebagian apa yang telah Allah anugerahkan kepadamu sebagai (rezeki) yang halal lagi baik dan syukurilah nikmat Allah jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.” (Qs. 16:114)
“Maka, hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.” (Qs. 80:24)
Doa adalah senjata umat muslim. Doa menjadi jalan dari pertolongan-pertolongan yang Allah berikan. Doa menjadi wasilah api tidak membakar nabi Ibrahim as, doa juga menjadi wasilah selamatnya nabi Musa as dan tenggelamnya pasukan Fir’aun. Doa adalah senjata utama yang harus terjaga, sedangkan rezeki yang tidak halal menjadi sebab tertolaknya doa seorang hamba. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Muslin No. 1015.
“Nabi mengisahkan cerita tentang seorang lelaki yang telah menempuh perjalanan panjang, hingga rambutnya kusut dan berdebu. Ia menengadahkan tangannya ke langit dan berkata: ‘Wahai Rabb-ku.. Wahai Rabb-ku..’ padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia diberi makan dari yang haram. Bagaimana mungkin doanya dikabulkan?” (HR. Muslim no.1015).
Seseorang dalam keadaan berpergian (safar) memiliki keistimewaan doa yang mustajab, lalu ia menengadahkan tangan sebagai bentuk kesungguhan dari pengharapan dalam doanya. Dengan dua syarat tersebut, seharusnya doa yang dipanjatkan menjadi doa mustajab, sebagaimana disebutkan bahwa Sesungguhnya Rabb-mu (Allâh) Maha Pemalu lagi Maha Mulia, Dia malu terhadap hamba-Nya (yang berdoa dengan) mengangkat kedua tangannya kepada-Nya kemudian Dia menolaknya dengan hampa (HR. Abu Dâwud no. 1488; At-Tirmidzi no. 3556; Ibnu Mâjah no. 3865; dan Ibnu Hibbân no. 876). Namun demikian, lelaki dalam hadist pertama dikisahkan doanya tertolak, sebab hal-hal yang dimakan dan digunakannya haram.
Rezeki halal dalam berbagai perwujudannya (makanan, minuman, pakaian, skincare, obat, dsb) akan melembutkan hati. Hati yang lembut akan mudah menerima hidayah. Sebaliknya, sebab-sebab tertolaknya doa adalah karena doa dilakukan dengan cara yang tidak sesuai syariat, berdoa dengan tidak memenuhi syarat diterimanya doa, dan mengonsumsi serta memakai makanan/minuman/pakaian yang tidak halal secara sifat (cara mendapatkannya) dan zat (kandungannya).
6. Muamalah tanpa riba dan akad bathil
Praktik riba saat ini seolah menjadi hal yang biasa. Disebabkan banyak orang yang melakukannya, riba seakan boleh-boleh saja. Utang berbunga, paylater, cicilan KPR, dan leasing adalah sedikit dari wujud praktik riba. Padahal larangan riba telah Allah nyatakan di dalam Al-Qur’an.
“Orang-orang yang memakan (bertransaksi dengan) riba tidak dapat berdiri, kecuali seperti orang yang berdiri sempoyongan karena kesurupan setan. Demikian itu terjadi karena mereka berkata bahwa jual beli itu sama dengan riba. Padahal, Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Siapa pun yang telah sampai kepadanya peringatan dari Tuhannya (menyangkut riba), lalu dia berhenti sehingga apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Siapa yang mengulangi (transaksi riba), mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.” (Qs. 2:275)
Comentários