Kubu Raya (Jum’at, 06/09/24) – Pelaksanaan program Guru Tamu semester ganjil tahun ajaran 2024/2025 dilakukan pasa Jumat (06/09). Kegiatan ini menghadirkan Guru Tamu dari pihak eksternal (luar sekolah) untuk menyampaikan materi dengan tema tertentu bagi seluruh peserta didik MAY School (kelas 1—kelas 6). Program Guru Tamu menghadirkan suasana pembelajaran yang berbeda bagi guru dan peserta didik, dengan harapan dapat memotivasi, menumbuhkan kreativitas, dan meningkatkan berbagai inovasi dalam proses pembelajaran. Kegiatan ini juga diharapkan dapat memfasilitasi suasana belajar yang menyenangkan dan interaktif, sehingga peserta didik dapat lebih mudah memahami materi pembelajaran dan menikmati proses belajar.
Guru Tamu Kali Ini Adalah Ayah Ajib—Al ustadz Nazif Fikri—yang menyampaikan tema Sholat Tepat Waktu (STW). Penyampaian dimulai dengan tepuk konsentrasi sesuai simbol tangan yang diberikan oleh Ayah Ajib. Permulaan ini berhasik menarik fokus dan perhatian para peserta didik. Ayah Ajib memulai materimya dengan menyampaikan dua cerita, yaitu kisah panglima yang diutus oleh seorang raja ke dua buah pulau yang berakhir sengsara dan kisah tiga pemuda yang harus melewati sungai penuh buaya dan ular. Penceritaan dilakukan secara dua arah, anak-anak diajak untuk berpartisipasi dengan menjawab beberapa pilihan yang diberikan untuk menentukan detail cerita. Keterlibatan ini berdampak pada ketertarikan anak untuk menjaga fokus dan tetap mendengarkan hingga akhir.
Dikisahkan bahwa seorang Raja mengutus Panglima ke sebuah pulau yang dihuni oleh rakyat-rakyat baik hati. Panglima tersebut menikmati tugas di tempat barunya dengan suka cita. Sampai pada masanya, Panglima kembali ditugaskan ke pulau yang lain. Saat perintah untuk pindah diberikan oleh Raja, Panglima dalam keadaan belum melakukan persiapan. Ia tidak menyiapkan perbekalan atau apapun untuk dibawa ke pulau selanjutnya, sedangkan pulau selanjutnya ternyata dihuni oleh binatang buas, seperti ular, harimau, dan masih banyak lagi. Panglima yang tidak memiliki persiapan, akhirnya mati di pulau kedua. Anak-anak sangat antusias melengkapi detail cerita dengan pertanyaan yang diajukan oleh Ayah Ajib, seperti kendaraan apa yang rakyat baik hati gunakan untuk berpindah ke pulau pertama, binatang buas apa saja yang ada di pulau kedua, dan apa yang menjadi kata kunci dari cerita tersebut. Para peserta didik merespon cerita dengan antusias, bahkan beberapa anak aktif menebak jawaban berdasarkan prespektif pribadinya. Sebagai upaya meluruskan dan memvalidasi, Ayah Ajib fokuspenjelasan di akhir kisah pertama pada sebuah nasihat, “perlunya bersiap diri dalam menjalani kehidupan yang sementara di dunia ini”.
Pada kisah kedua, diceritakan terdapat tiga orang pemuda yang sedang dalam perjalanan. Saat hendak melewati sungai, mereka dikejutkan dengan kondisi sungai yang dipenuhi buaya serta ular. Ketiganya lalu memutuskan untuk beristirahat sejenak dan tertidur. Dalam tidurnya, mereka mendapatkan mimpi yang sama, yaitu seorang kakek yang memberikan petunjuk untuk mengambil kerikil sebanyak mungkin, lalu di bawa di dalam tas masing-masing. Dari ketiganya, hanya satu yang mengikuti arahan tersebut, sedangkan satu orang hanya membawa sekadarnya, dan satu orang lagi hanya membawa sebuah kerikil. Setelah bangun tidur dan saling menceritakan mimpi, ketiga pemuda tersbut akhirnya memberanikan diri untuk melewati Sungai. Singkat cerita, Sungai yang terlihat panjang itu berhasil dilalui tanpa terasa. Setelah diperiksa, kerikil yang mereka bawa telah berubah menjadi kepingan emas. Pemuda yang patuh dan taat pada petunjuk menjadi pemuda yang paling beruntung, sedangkan dua pemuda lainnya hanya mendapat sekadarnya saja. Kisah ini mengisyaratkan pentingnya sam’an wa thoatan (mendengarkan nasihat dan menaatinya).
Dua kisah tersebut menjadi pemulaan dari penyampaian materi Sholat Tepat Waktu. Sholat adalah bekal yang harus disiapkan manusia, sebagaimana telah Allah perintahkan di dalam Al-Qur;an yang menjadi pedoman kehidupan. Sholat adalah salah satu dari rukun Islam, serta wujud dari penghambaan kepada Allah dan keimanan. Jika rukun tidak dilaksanakan menyeluruh, maka keislaman seorang hamba juga belum bisa dinyatakan utuh. Anak-anak juga diingatkan bahwa sholat dapat menjadi wasilah penjagaan manusia dari fahsyaa’ (keji) dan kemunkaran. Anak-anak mendengarkan materi dengan penuh semangat, bahkan beberapa anak mengajukan pertanyaan seputar materi yang disampaikan.
Comments