Pontianak, [27/07/2024] – Kolaborasi serta sinergi antara sekolah dan lingkungan keluarga merupakan ciri khas pembelajaran di KB/TK PAS AY. Komitmen ini lahir dari keyakinan bahwa proses pembelajaran yang dialami peserta didik (anak) lebih luas dari sekadar aktivitas di ruang kelas. Tujuan pembelajaran KB/TK PAS AY dalam mengupayakan generasi rabbani perlu diwujudkan dengan menerapkan pembelajaran holistik melalui dukungan para wali santri.
“Pendidikan yang kita terapkan bersama adalah pendidikan kolaborasi 24 jam. Harus selaras antara pembelajaran di sekolah dan di rumah. Ketika di sekolah anak dibiasakan makan dengan tangan kanan, adab ke kamar mandi, dan sebagainya, (pembiasaan) itu juga harus dibiasakan dalam keseharian anak di rumah.” ucap Bunda Uzlifatul Jannah — Kepala Sekolah KB/TK PAS AY Kampus 1 — dalam sambutannya.
Sebagai sekolah yang berkomitmen untuk menerapkan pendekatan pembelajaran holistik, keterlibatan orang tua sangat berperan penting dalam mendukung proses pembelajaran. Dengan demikian, agenda silaturrahim bersama wali santri menjadi salah satu upaya sekolah untuk menyampaikan secara langsung tujuan pembelajaran berserta berbagai program yang akan dilaksanakan. Penyampaian tersebut mencakup pembiasaan adab dan akhlak, pengenalan tauhid, pengenalan dan praktik ibadah (sholat, infaq, serta doa-doa), pembinaan akhlak Islami, hingga pembiasaan hidup sehat.
"Aulaadul yamin yang menjadi nama sekolah kita adalah doa, artinya anak-anak golongan kanan. Harapannya, anak keturunan kita inilah yang akan menjadi penghuni golongan kanan di hari akhir kelak. Untuk mewujudkan generasi aulaadul yamin, jalannya tidak boleh pincang, karena kalau salah satu saja (antara sekolah dan orang tua), kebaikan itu tidak bisa jalan sempurna (menjadi kebiasaan anak).” jelas Bunda Yaya — Musyrifah Amal Pendidikan PMMAY (Pondok Masjid Munzalan Ashabul Yamin).
Bunda Yaya juga menyampaikan pesan nasehat dari Ayah Man agar senantiasa mengupayakan praktik pendidikan dengan 4 acuan dasar (4 Pilar Pendidikan), yaitu etika, estetika, sosial kemasyarakatan, dan ilmu pengetahuan. Pembelajaran akhlak (kemampuan afektif) harus lebih diutamakan dari yang lainnya. Anak perlu difasilitasi dalam mengembangkan kemampuan kognitif, namun hal tersebut bukanlah yang utama. Adab dan akhlak diajarkan melalui figure serta kebiasaan orang tua. Dengan demikian, orang tua harus menjadi role model yang “diikuti” oleh anak dalam mengaplikasikan berbagai kebaikan. Sebelum memberikan ajakan kepada anak untuk melakukan kebaikan, Ayah /Bunda harus lebih dulu menjadi tauladan.
“Pendidikan holistik yang diupayakan adalah bukti komitmen kita dalam menyediakan lingkungan kondusif untuk anak tumbuh dan berkembang. Kita perlu berkolaborasi untuk membiasakan anak menjadi anak soleh dengan identitas taqwa. Sebagaimana dalam Al-Qur’an disebutkan (Qs.2:3) bahwa ciri taqwa adalah beriman kepada yang ghaib (beriman), mendirikan sholat (hablumminallah), dan berinfaq (hablumminannas).” ujar Ayah Subagja — Kepala Bagian Pendidikan Anak Usia Dini dan Tingkat Dasar.
Agenda sosialisasi program tahunan bersama wali santri juga menjadi kesempatan bagi para wali santri untuk menyampaikan masukan dan pertanyaan terkait program-program sekolah. Melalui jalinan komunikasi yang baik antara sekolah dan orang tua, diharapkan dapat tercipta sinergi yang kuat dalam menyamakan frekuensi pengajaran. Semoga kolaborasi ini menjadi wasilah lahirnya generasi rabbani yang dicita-citakan.
Comments